Sejak pencanangan Visit Indonesia Year tahun 1992 lalu, secara berkesinambungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menyelenggarakan program yang menarik perhatian wisatawan untuk datang ke berbagai daerah di Indonesia. Karena itu, secara bergantian daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi wisata mulai mengangkat keunggulan-keunggulan pariwisata, termasuk NTB saat ini dengan Visit Lombok Sumbawa 2012.
Untuk menunjang program VLS 2012, maka pada peluncuran tersebut juga diperkenalkan sepuluh Puteri Mutiara yang berasal dari berbagai pulau di Indonesia yang akan menjadi duta pariwisata Lombok dan Sumbawa dalam mempromosikan Visit Lombok Sumbawa 2012 dan selalu menggunakan mutiara dalam setiap penampilan mereka. Kesepuluh Puteri Mutiara yang menjadi duta Lombok Sumbawa tersebut adalah, Duma Sitorus dari Pulau Sumatera, Marlin Mogigir dari Pulau Sulawesi, Giana Pratidina dari Kalimantan, Astrellia Jeannet Selanno dari Maluku, Putu Ayu Gustina dari Bali, Marcella Rumfabe dari Papua, Agnes Theresia Immanuels dari DKI Jakarta, Ingrid Clarissa Wisnu dari Jogjakarta, Rini Arba dari NTT dan Nur Fajrina dari NTB. Turut hadir sebagai pendukung gerakan VLS 2012, tokoh perfilman Indonesia Christine Hakim dan artis Nadine Candrawinata.
Mutiara merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia yang pembudidayaannya banyak dilakukan di NTB. Dan kualitas mutiara NTB, dikenal sebagai yang terbaik di dunia, ujar Dirjen Pemasaran Depbudpar, Sapta Nirwandar. Dan selama ini mutiara sudah menjadi ikon NTB. Karena itulah NTB berambisi untuk menjadi pasar mutiara dunia. Jika ini berhasil, maka baru inilah satu-satunya pasar internasional mutiara di dunia. “Secara umum mutiara NTB memiliki keunggulan komparatif. Perairan NTB merupakan hamparan mutiara,” kata Ali Syahdan, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTB.
Dilihat produksi mutiara NTB yang rata-rata 600 kg/tahun, daerah ini siap menjadi tuan rumah pasar mutiara dunia. Karena berapa pun kebutuhan mutiara menurutnya, bisa dipenuhi. Tinggal menunggu pasar, persediaan mutiara siap kapan saja, lanjutnya. Sebanyak 36 perusahaan mutiara, tiga di antaranya perusahaan asing, tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Dari sekitar 2000 lokasi budi daya mutiara di seluruh NTB, sudah termanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan mutiara yang ada. Lokasi-lokasi yang masih bisa dikembangkan untuk pembudidayaan mutiara adalah, Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Selatan, Sumbawa Barat, Teluk Saleh, Kilo, Wera.
Mutiara mulai dikembangkan di NTB sejak tahun 1990-an. Pada waktu itu, ada pihak dari Jepang menganggap kualitas air laut dan air tawar di NTB sangat cocok untuk budidaya mutiara. Posisi NTB yang startegis, terutama Pulau Lombok khususnya, yang berada di lintas perdagangan Internasional akan menjadi pertimbangan konsumen, memudahkan mereka untuk membeli secara langsung mutiara yang asli. Apalagi industri mutiara di NTB dilakukan dari hulu ke hilir yakni mulai dari pembudidayaan sampai ke produk jadi semuanya dilakukan di daerah ini.
Kualitas terbaik yang dimiliki oleh mutiara NTB ini, tidak terlepas dari kondisi perairan NTB yang sangat potensial dan cocok untuk tempat pembudidayaan mutiara. Karena, budidaya mutiara tergantung sungguh pada kondisi perairan yang sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas mutiara yang dihasilkan. “Lokasi sepanjang perairan di NTB, rata-rata cocok untuk budidaya kerang mutiara,” kata DR. Sigit A.P Dwiyono dari LIPI UPT Loka Pengembangan Bio Industri Laut Mataram.
Hal senada diungkapkan DR. Syachrudin AR, peneliti dan pengembang kerang mutiara, sirkulasi atau pergantian air dari Samudera Indonesia sangat bagus, sehingga pertumbuhan plankton dan zooplankton sebagai bahan makanan siput di perairan NTB, tersedia cukup banyak. “Jika makanan siput bagus, maka mutiara yang dihasilkan nantinya akan bagus juga,” katanya. Kebetulan, lanjutnya, perairan NTB sangat mendukung untuk itu. Tiga selat yang dimiliki NTB, Selat Alas, Selat Lombok dan Selat Sape juga menjadi faktor yang sangat potensial sebagai tempat budidaya mutiara karena terlindung dari gelombang.
Pembibitan kerang mutiara sangat bagus jika dilakukan di teluk, sementara, untuk pembudidayaannya, lebih bagus dilakukan di perairan lepas, yang sirkulasi airnya baik, kata Sigit. Budidaya kerang mutiara sendiri, menurutnya, dilakukan mengingat jika melulu mengandalkan persediaan alam, maka lama-kelamaan kerang mutiara akan berkurang bahkan habis. Sedangkan, permintaan pasar akan mutiara cenderung meningkat.
Lokasi budidaya mutiara di NTB, meliputi daerah-daerah pesisir seperti Gili Gede (Pelayan, Belongas), Gili Asahan (Labuhan Poh), Teluk Sire Lombok Barat, Sambelia Lombok Timur, Tanjung Bero, Teluk Mapin, Pulau Moyo dan Teluk Saleh, Sumbawa, Kwangko/Kempo, Teluk Sanggar, Dompu dan Teluk Sape serta Teluk Waworada, Bima.
Budidaya kerang mutiara sangat penting dilakukan mengingat tidak seimbangnya kebutuhan dengan persediaan alam. Juga karena tingginya nilai ekonomis kerang mutiara tersebut, membuat orang mengambil kerang tanpa memikirkan dampak negatif terhadap populasi kerang itu sendiri. “Kalau kerang terus diambil, maka populasinya di alam akan berkurang bahkan bisa punah,” ungkap Syachrudin.
Mutiara yang dihasilkan secara alami bentuknya tidak akan beraturan atau sangat sulit mendapatkan yang berbentuk bulat. Tapi dengan campur tangan manusia, mutiara bisa dibentuk sesuai keinginan. Mutiara terbentuk, akibat adanya rangsangan benda asing yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara baik secara buatan maupun alami. Benda asing tersebut terperangkap di dalam kerang dan tidak bisa keluar.
Untuk menghilangkan rasa sakitnya, kerang mutiara akan mengeluarkan cairan lendir untuk melapisi benda asing tersebut agar menjadi licin sehingga dapat terbebas dari rasa sakit. Semacam cara membuat hidupnya nyaman. Mantel kerang mutiara memiliki sel-sel aktif yang dapat menghasilkan zat-zat lendir yang akan mengeras menjadi mutiara. Lapisan yang terbentuk memiliki warna, bentuk, ketebalan dan ukuran yang berbeda-beda, tergantung dari faktor ekternal maupun internal. “Nah, di sinilah kita bisa melakukan rekayasa itu,” kata Syachrudin.
Dengan memasukan benda asing berupa nucleus (terbuat dari tulang ikan yang dihancurkan dan dibentuk bulatan) ke dalam kerang mutiara, maka akan menghasilkan mutiara yang bentuknya bulat. Kerang akan mengeluarkan lendir terus menerus untuk melapisi, mengikuti bentuk benda asing yang masuk. “Maka mutiara yang dihasilkan bentuknya akan bulat,” ujar Syachrudin.
Mutiara hasil budidaya dirangsang dengan nukleus dan seibo. Seibo adalah mantel dari kerang lain yang dipotong-potong dan penempatannya harus saling bersentuhan dengan siput di dalam kerang mutiara.
Untuk menunjang program VLS 2012, maka pada peluncuran tersebut juga diperkenalkan sepuluh Puteri Mutiara yang berasal dari berbagai pulau di Indonesia yang akan menjadi duta pariwisata Lombok dan Sumbawa dalam mempromosikan Visit Lombok Sumbawa 2012 dan selalu menggunakan mutiara dalam setiap penampilan mereka. Kesepuluh Puteri Mutiara yang menjadi duta Lombok Sumbawa tersebut adalah, Duma Sitorus dari Pulau Sumatera, Marlin Mogigir dari Pulau Sulawesi, Giana Pratidina dari Kalimantan, Astrellia Jeannet Selanno dari Maluku, Putu Ayu Gustina dari Bali, Marcella Rumfabe dari Papua, Agnes Theresia Immanuels dari DKI Jakarta, Ingrid Clarissa Wisnu dari Jogjakarta, Rini Arba dari NTT dan Nur Fajrina dari NTB. Turut hadir sebagai pendukung gerakan VLS 2012, tokoh perfilman Indonesia Christine Hakim dan artis Nadine Candrawinata.
Mutiara merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia yang pembudidayaannya banyak dilakukan di NTB. Dan kualitas mutiara NTB, dikenal sebagai yang terbaik di dunia, ujar Dirjen Pemasaran Depbudpar, Sapta Nirwandar. Dan selama ini mutiara sudah menjadi ikon NTB. Karena itulah NTB berambisi untuk menjadi pasar mutiara dunia. Jika ini berhasil, maka baru inilah satu-satunya pasar internasional mutiara di dunia. “Secara umum mutiara NTB memiliki keunggulan komparatif. Perairan NTB merupakan hamparan mutiara,” kata Ali Syahdan, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTB.
Dilihat produksi mutiara NTB yang rata-rata 600 kg/tahun, daerah ini siap menjadi tuan rumah pasar mutiara dunia. Karena berapa pun kebutuhan mutiara menurutnya, bisa dipenuhi. Tinggal menunggu pasar, persediaan mutiara siap kapan saja, lanjutnya. Sebanyak 36 perusahaan mutiara, tiga di antaranya perusahaan asing, tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Dari sekitar 2000 lokasi budi daya mutiara di seluruh NTB, sudah termanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan mutiara yang ada. Lokasi-lokasi yang masih bisa dikembangkan untuk pembudidayaan mutiara adalah, Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Selatan, Sumbawa Barat, Teluk Saleh, Kilo, Wera.
Mutiara mulai dikembangkan di NTB sejak tahun 1990-an. Pada waktu itu, ada pihak dari Jepang menganggap kualitas air laut dan air tawar di NTB sangat cocok untuk budidaya mutiara. Posisi NTB yang startegis, terutama Pulau Lombok khususnya, yang berada di lintas perdagangan Internasional akan menjadi pertimbangan konsumen, memudahkan mereka untuk membeli secara langsung mutiara yang asli. Apalagi industri mutiara di NTB dilakukan dari hulu ke hilir yakni mulai dari pembudidayaan sampai ke produk jadi semuanya dilakukan di daerah ini.
Kualitas terbaik yang dimiliki oleh mutiara NTB ini, tidak terlepas dari kondisi perairan NTB yang sangat potensial dan cocok untuk tempat pembudidayaan mutiara. Karena, budidaya mutiara tergantung sungguh pada kondisi perairan yang sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas mutiara yang dihasilkan. “Lokasi sepanjang perairan di NTB, rata-rata cocok untuk budidaya kerang mutiara,” kata DR. Sigit A.P Dwiyono dari LIPI UPT Loka Pengembangan Bio Industri Laut Mataram.
Hal senada diungkapkan DR. Syachrudin AR, peneliti dan pengembang kerang mutiara, sirkulasi atau pergantian air dari Samudera Indonesia sangat bagus, sehingga pertumbuhan plankton dan zooplankton sebagai bahan makanan siput di perairan NTB, tersedia cukup banyak. “Jika makanan siput bagus, maka mutiara yang dihasilkan nantinya akan bagus juga,” katanya. Kebetulan, lanjutnya, perairan NTB sangat mendukung untuk itu. Tiga selat yang dimiliki NTB, Selat Alas, Selat Lombok dan Selat Sape juga menjadi faktor yang sangat potensial sebagai tempat budidaya mutiara karena terlindung dari gelombang.
Pembibitan kerang mutiara sangat bagus jika dilakukan di teluk, sementara, untuk pembudidayaannya, lebih bagus dilakukan di perairan lepas, yang sirkulasi airnya baik, kata Sigit. Budidaya kerang mutiara sendiri, menurutnya, dilakukan mengingat jika melulu mengandalkan persediaan alam, maka lama-kelamaan kerang mutiara akan berkurang bahkan habis. Sedangkan, permintaan pasar akan mutiara cenderung meningkat.
Lokasi budidaya mutiara di NTB, meliputi daerah-daerah pesisir seperti Gili Gede (Pelayan, Belongas), Gili Asahan (Labuhan Poh), Teluk Sire Lombok Barat, Sambelia Lombok Timur, Tanjung Bero, Teluk Mapin, Pulau Moyo dan Teluk Saleh, Sumbawa, Kwangko/Kempo, Teluk Sanggar, Dompu dan Teluk Sape serta Teluk Waworada, Bima.
Budidaya kerang mutiara sangat penting dilakukan mengingat tidak seimbangnya kebutuhan dengan persediaan alam. Juga karena tingginya nilai ekonomis kerang mutiara tersebut, membuat orang mengambil kerang tanpa memikirkan dampak negatif terhadap populasi kerang itu sendiri. “Kalau kerang terus diambil, maka populasinya di alam akan berkurang bahkan bisa punah,” ungkap Syachrudin.
Mutiara yang dihasilkan secara alami bentuknya tidak akan beraturan atau sangat sulit mendapatkan yang berbentuk bulat. Tapi dengan campur tangan manusia, mutiara bisa dibentuk sesuai keinginan. Mutiara terbentuk, akibat adanya rangsangan benda asing yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara baik secara buatan maupun alami. Benda asing tersebut terperangkap di dalam kerang dan tidak bisa keluar.
Untuk menghilangkan rasa sakitnya, kerang mutiara akan mengeluarkan cairan lendir untuk melapisi benda asing tersebut agar menjadi licin sehingga dapat terbebas dari rasa sakit. Semacam cara membuat hidupnya nyaman. Mantel kerang mutiara memiliki sel-sel aktif yang dapat menghasilkan zat-zat lendir yang akan mengeras menjadi mutiara. Lapisan yang terbentuk memiliki warna, bentuk, ketebalan dan ukuran yang berbeda-beda, tergantung dari faktor ekternal maupun internal. “Nah, di sinilah kita bisa melakukan rekayasa itu,” kata Syachrudin.
Dengan memasukan benda asing berupa nucleus (terbuat dari tulang ikan yang dihancurkan dan dibentuk bulatan) ke dalam kerang mutiara, maka akan menghasilkan mutiara yang bentuknya bulat. Kerang akan mengeluarkan lendir terus menerus untuk melapisi, mengikuti bentuk benda asing yang masuk. “Maka mutiara yang dihasilkan bentuknya akan bulat,” ujar Syachrudin.
Mutiara hasil budidaya dirangsang dengan nukleus dan seibo. Seibo adalah mantel dari kerang lain yang dipotong-potong dan penempatannya harus saling bersentuhan dengan siput di dalam kerang mutiara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar